Pages

Ads 468x60px

Labels

Selasa, 17 Januari 2012

Kuliah Di Harvard University


Harvard University adalah salah satu universitas ternama di dunia, bahkan di sebut-sebut kalau Harvard adalah nomor satu dengan kualitas terbaik di dunia. Delapan dari presiden Amerika termasuk George W. Bush dan Barrack Obama adalah jebolan Harvard. Tidak heran jika biaya kuliah di universitas ini sangat mahal sebanding dengan kualitas yang ditawarkan, sudah begitu seleksi masuknya pun begitu ketat dan kompetitif. Namun persoalan biaya tampaknya tidak menjadikan calon mahasiswa mengurungkan niat mereka untuk mendaftar di Harvard. Dari penelusuran singkat saya selama berada di Amerika didapati bahwa 90% pemuda yang saya temui mempunyai keinginan untuk masuk Harvard, beberapa dari mereka bahkan sebelumnya telah mengikuti seleksi namun gagal sehingga memilih kampus lain yang tingkat persaingannya di bawah Harvard. Ketika ditanya mengenai prospek kerja alumni universitas besar Amerika seperti Harvard, Yale, MIT, Chicago dan University of Pennsylvania rata-rata mereka mengatakan kalau jebolan kampus tersebut tidak perlu repot-repot mencari kerja, bahkan beberapa perusah
aan telah melirik mereka ketika berada di tahun terakhir perkuliahan, meskipun begitu sebagian besar alumni Harvard lebih memilih jalur wirausaha dibanding bekerja di persuhaan tertentu termasuk alumni Harvard di Indonesia. Dari hasil penelusuran tim VOA Indonesia didapati bahwa sebagian besar mahasiswa asing yang kuliah di Harvard mendapatkan pembiayaan melalui beasiswa.
Jumlah beasiswa yang ditawarkan begitu banyak mulai dari beasiswa yang sifatnya ikatan dinas hingga beasiswa dari negara asal mahasiswa. Salah seorang mahasiswa Indonesia yang diwawancarai reporter VOA Indonesia mengatakan bahwa masuk Harvard tidak sesulit seperti sebelumnya dibayangkan, asalkan punya kemampuan pasti bisa. Dalam tulisan ka
li ini, saya tidak akan menghitung berapa besar peluang diterimanya seseorang jika mendaftar di Harvard. Saya percaya berapa pun tingginya standar yang ditetapkan Harvard asalkan punya kemauan dan persiapan yang matang seseorang pasti bisa mewujudkannya. Semua itu bergantung dari proses yang dijalani untuk menuju ke sana. Saya mempunyai mimpi,  semangat besar dan keyakinan untuk kuliah di Harvard tinggal bagaimana mimpi itu melahirkan upaya real dan strategi agar bisa diterima di sana. Berikut beberapa hal yang sedang dan akan saya usahakan sebagai upaya mewujudkan mimpi kuliah di Harvard.
Barack Obama adalah presiden jebolan Harvard
Barack Obama adalah presiden jebolan Harvard

Penelitian
Saya berencana mengambil kuliah master bidang Antropologi Budaya, dari hasil penelusuran saya mengenai persayaratan masuk Harvard, calon mahasiswa diwajibkan memiliki setidaknya dua hasil penelitian ilmiah yang layak untuk dipublikasikan. Calon mahasiswa diminta untuk mengirimkan hasil penelitian tersebut dalam bentuk laporan hasil penelitian. Saat ini saya sedang berupaya melakukan penelitian bidang budaya. Bidang ini sengaja saya pilih di samping karena berhubungan dengan jurusan saya sekarang ini (Linguistik, Ilmu Budaya), budaya juga mempunyai kelebihan lain jika ditilik dari keanekaragaman budaya yang dimiliki Indonesia. Kesempatan untuk melakukan penelitian bidang ini terbuka lebar di samping mempunyai nilai jual yang tinggi. Bagi saya menunda studi selama setahun tidaklah menjadi masalah asalkan aspek ini bisa direalisasikan.

Bahasa non-Inggris
Beberapa bidang studi di Harvard mensyaratkan penguasaan bahasa tertentu, misalnya jika seseorang akan mengambil bidang kajian Islam (Islamic Studies) disyaratkan mengetahui bahasa Arab paling tidak paham Nahwu-Syorof begitu juga dengan bidang budaya, misalnya budaya Asia maka penguasaan salah satu bahasa di Asia merupakan suatu keharusan. Intinya penguasaan bahasa lain di samping bahasa Inggris merupakan pra-syarat untuk bisa diterima di universitas bergengsi ini.

Bahasa Inggris
Beasiswa Fulbright adalah jalur yang biasa digunakan mahasiswa Indonesia setidaknya untuk tahap awal masuk di Harvard. Beasiswa ini disamping mensyaratkan nilai TOEFL yang lumayan tinggi (minimal 550) juga kemampuan menulis dalam bahasa Inggris misalnya untuk menulis Study Plan dan kelengkapan berkas lain. GRE (Graduate Record Examination) semacam tes untuk mengukur potensi akademik yang mencakup Verbal Reasoning, Quantitative Reasoning, Analytical Writing dan Critical Thinking Skills yang kesemuanya perlu dikerjakan dalam bahasa Inggris. Dari sini dapat dipahami bahwa penguasaan bahasa Inggris yang dimaksud bukan semata-mata kemampuan percakapan (speaking) namun lebih dari itu mencakup semua aspek bahasa Inggris. Sehingga jika ingin kuliah di Harvard terutama melalui jalur beasiswa Fulbright (semua jalur masuk Harvard mensyaratkan kemampuan ini) maka kemampuan ini harus saya asah mulai dari sekarang.

Mengasah Kemampuan Analitik
Seperti disebutkan pada point sebelumnya bahwa GRE sebagai tolak ukur potensi akademik disyaratkan untuk mendaftar di Harvard. Syarat yang satu ini sepertinya kurang mendapat perhatian serius dari sebagian besar mahasiswa Indonesia yang punya keinginan melanjutkan pendidikan di Amerika. Banyak mahasiswa beranggapan bahwa TOEFL merupakan syarat utama untuk bisa lanjut di sana sehingga mereka sibuk mengejar skor TOEFL yang tinggi namun seakan melupakan persyaratan yang satu ini. Buku-buku mengenai GRE telah banyak dijual di toko buku sehingga tidak perlu lagi pusing memikirkan model soal yang diujikan dalam GRE. Belajar GRE merupakan keharusan sekaligus tantangan bagi siapa saja yang bermimpi kuliah di Harvard.

Mempertimbangkan Masuk Community College sebelum ke Harvard
Harus diakui masuk di Harvard bukan perkara ringan meskipun bukan hal yang mustahil. Untuk bisa mengecap pendidikan di sana ada banyak hal yang perlu dipersiapkan dan tentunya membutuhkan proses dan waktu yang lumayan lama. Setelah mendownload beberapa artikel dan video mengenai kuliah di Harvard, saya seakan mendapat saran untuk terlebih dahulu masuk Community College sambil terus menggali informasi, membuat persiapan dan yang lebih penting lagi membekali diri dengan pengalaman kerja. Community College adalah program singkat (selama delapan bulan) yang berorientasi pada dunia kerja. Program ini ditujukan bagi mereka yang ingin langsung bekerja, di Indonesia kurang lebih setara dengan program Diploma 3 (D3). Banyak program beasiswa yang menawarkan calon mahasiswa untuk menempuh pendidikan di Community College salah satunya program Fulbright. Tahun ini saya berencana mendafatar di program Community College Initiative Program (CCIP) salah satu program yang ditawarkan Fulbright.
Itulah beberapa hal yang saya persiapkan untuk mendaftar di kampus nomor satu dunia Harvard University. Pada awalnya saya ragu untuk bermimpi menempuh pendidikan di kampus ini. Jangankan mendaftar, mendengar namanya saja sudah terbayang hal-hal di luar kemampuan yang ‘sulit’ untuk direalisasikan. Pada akhirnya saya memilih untuk berjuang menaklukan ‘mimpi’ untuk merasakan suasana akademik di kampus yang telah menelorkan orang-orang besar, para pemimpin dunia ini. Saya berpandangan jika bermimpi saja sudah tidak berani bagaimana bisa merealisasikannya. Mereka, orang-orang dengan nama besar adalah mereka yang berjiwa besar, mereka itu telah berani bermimpi. Seringkali orang dipandang besar bukan karena tujuan akhir yang berhasil direalisasikan, namun karena proses yang telah ia lewati untuk menggapai mimpi itu. Thomas Alfa Edison adalah seorang ilmuan yang namanya sering disebut-sebut padahal ada banyak ilmuan yang telah menelorkan karya yang juga perlu mendapat apresiasi dan perhatian, mengapa demikian? Karena Edison telah berani bermimpi. Meskipun kondisi hidup yang dialaminya waktu itu begitu keras ditambah lagi sindiran guru dan teman-temannya, di kelas ia diaggap bodoh, namun Edison tetap teguh memegang prinsip merealisasikan mimpi-mimpinya sehingga pada akhirnya ia berhasil membuat temuan ‘bola lampu’ yang menggemparkan dunia. Mari bermimpi dan realisasikan. KITA ADA KARENA MIMPI-MIMPI KITA!.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 

Sample Text

NikiComic